Minggu, 03 Mei 2009

PENDAYAGUNAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA

PENDAYAGUNAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA
Oleh: Sayafruddin Noor

Ada berapa jenis perpustakan seperti Perpustakan Nasional, dan Perpustakan Daerah, Perpustakan Umum, Perpustakan Perguran Tinggi, Perpustakan Sekolah, dan Perpustakan Pribadi. Yang dibahas dalam tulisan ini adalah Perpustakan sekolah dan Bagaimana peranya dalam menikatkan minat baca siswa?
Perpustakan sekolah merupakan kumpulan buku dan bahan-bahan pustaka lain seperti : Disket, CD room, kaset, vidio, dan berada di sebuah ruangan yang cukup luas dalam satu gedung yang tertata dipenuhi buku-buku dan bahan pustaka lainnya dengan dekorasi yang menarik disertai dengan ketenangan dan kenyamanan yang optimal tujuan melayani pembaca atau pemakainya. Hal tersebut tentu saja diperlukan pustakawan yang handal, berdedikasi tinggi untuk kemajuan, dan memiliki kemauan keras untuk selalu memperbaharui tataletak perpustakaan agar terlihat menarik. Perpustakan juga berfungsi sebagai tempat penyipanan informasi, penelitian, dan rekreasi.
Mengapa Perpustakan Sekolah? Karena Perpustakan Sekolahmerupakan ujung tombak dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang didapat oleh sisiwa disekolah. Perpustakan juga bagian penting yang berperan mewujudkan masyarakat gemar membaca sejenak ini pada tingkat dasar dang menengah. Di samping menjadi benang merah untuk mempertemukan dua komunitas masarakat awam dengan para pelajar atau siswa selaku motivator dan keteladan dalam kegiatan membaca.

Dalam era globalisasi saat ini perpustakaan sekolah merupakan salah satu jung tombak bagi para siswa atau pelajar disekolah dalam menimba ilmu pengetahuan. Karena perpustakaan merupakan tempat gudangnya ilmu. Sebagai gudang ilmu pengetahuan perpustakaan memiliki demensi jamak, yaitu sebagai lahan menimba ilmu pepustakaan harus inovatif dan faktual dalam mendokumentasikannya, perpustakaan juga harus memiliki demensi rekreatif agar tidak membosankan dan terlihat monoton, dan yang terakhir adalah memilili demensi profesional dalam melayani pelanggan atau siswa yang ingin membaca buku. Ketiga demensi itu saling memiliki keterkaitan satau dengan yang lain.

Namun perlu juga diingat keberadan perpustakaan sekolah sangat bergantung kepada:
(1) Seberapa jauh partisipasi siswa dalam memanfaatkan fasilitas yang ada.

(2) Sebeberapa jauh wewenang kepala sekolah untuk membina dan
memberdayakan perpustakaan yang ada di sekolah. Misalnya kepala sekolah
bisa mefasilitasi perpustakaan sekolah menjadi perpustakaan multi guna yang
nyaman dan menarik artinya sekolah berupaya untuk melengkapi semua jenis
buku yang diperlukan siswa terutama pada waktu pembelajaran maupun pada
waktu siswa santai atau jam-jam istilahat.
(3) Adanya strategi guru dalam memotifasi siswa untuk lebih gemar membaca,
paling minimal tugas-tugas yang diberikan oleh guru di sekolah memiliki
ketertarikan dengan buku-buku yang ada perpustakan sekolah.
(4) Strategi pengelolaan perpustakaan yang prefesional dan mandiri seperti ada
petugas khusus spesialisasi dalam mengelola perpustakaan sesuai sengan
tingkat pendidikan dan keahliaan dalam mengelola perpustakaan. Guru mata
pelajaran tidak dirangkap untuk mengelola perpustakaan dengan tujuan
menambah jam perminggu bagi guru yang kurang jam mengajar.
(5) Adanya visi dan misi perpustakaan yang jelas dengan tujuan untuk melayani
siswa dalam menimba ilmu pengetahuan, meningkatkan aktivitas dan
kreativitas siswa dalam berolah pikir dan rasa seperti membaca telah,
menulis, berdiskusi masalah-masalah faktual, merenung, debat, bertukar
berpengetahuan dan informasi serta menjadikan perpustakaan sebagai bahan
inspirasi dalam menulis dan berkarya seni (membuat puisi, cerpen, novel dan
karya-karya yang lain lebih monomental sifatnya)
(6) Menghilangkan asumsi siswa yang negatif tentang perpustakaan.
Apalagi di perpustakan sekolah tersebut aktivitas yang lebih fokus untuk mengembangkan kreativitas siswa. Seperti Dengan perpustakan juga siswa mendapat masukan, tambahan ilmu diluar materi yang diajarkan oleh guru. Karena pada saat proses pembelajaran materi yang didapat siswa selalu dikaitkan dengan tugas-tugas yang mengarah kepada pendayaan gunaan buku teks dan materi bacaan tamabahan yang relevan dengan mata pelajaran yang guru berikan. Dengan demikian secara otomatis siswa tergantung pada bahan pustakan yang ada di sekolah. Ketergantungan tersebut merupakan hal yang sah-sah saja dan dianjurkan sekali. Agar siswa menjadi terbiasa dengan bahan pustaka dan menjadikannya sebahai wahana ilmu pengetahuan utama dalam mengasah pikiran dan konsep materi yang diajarkan guru. Untuk itu para pustakawan (pengelola bahan pustaka) dan sekolah harus harus siap dan tidak main-main atau hanya memandang sebelah mata terhadap fasilitas ini. Perlu diingat bahan pustaka tidak hanya konsep konvensional seperti buku-buku dan majalah, buleten, surat kabar tetapi juga yang lebih modern seperti CD bahan pembelajaran, VCD, DVD, TV Layar Lebar, LCD, Kompeter dan perlengkapannya, Perlatan Audio yang memadai, Internet, dan multi media lainnya yang mendukung motivasi dan minat siswa dalan belajar dan membaca di perpustakaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar